BERASAL LOKAL BERFIKIR GLOBAL
11:42 AMBERASAL LOKAL BERFIKIR GLOBAL
Oleh: Zein Mufarrih Muktaf
Beberapa bulan yang lalu Sri Sultan Hamengkubuwono X
dengan terbuka mengatakan bahwa Pemerinah Daerah Isimewa Yogyakarta akan
membuat aturan untuk mempersulit proses perizinan pendirian asrama daerah di
Yogyakara. Alasannya cukup logis, Sri Sulan ingin mengajak para pendatang yang
eruama adalah para mahasiswa dari seluruh Indonesia untuk bisa berbaur dengan
warga pribumi, yakni sebagai bentuk saling menghormati satu sama lain.
Jika menilik sikap Sri Sultan Hamengkubuwono X,
sesungguhnya sikap tersebut patut diapresiasi. Bukan hanya karena bersikap
santun sebagai pendatang, namun lebih dari itu karena semangat saling
menghargai satu sama lain dan saling menghormati satu sama lain. Hal ini penting
karena beban julukan Yogyakarta sebagai Indonesia mini. Sifat majemuk
masyarakat Yogyakara yang terdiri dari beberapa etnis menjadi sangat rawan
konflik jika tidak dimanajemen dengan baik oleh pemerintah dan asyarakat
sendiri.
Mahasiswa di Yogyakarta sebagian besar adalah warga luar
Yogyakarta yang tinggal sementara waktu untuk kuliah. Latar belakang budaya dan
etnis yang berbeda dengan masyarakat setempat bisa menjadi sebuah hambatan,
karena perbedaan bahasa, sikap dan kebiasaan. Maka seringkali mahasiswa baru
cenderung akan lebih nyaman bersama komunitas etnisnya. Hal ini memang
seringkali idak bisa dihindari, karena terjadinya kultur shock disebiah wilayah
dan komnitas yang asing. Interaksi yang tidak pasti mengakibatkan
ketidakpastian kounikasi yang mengakibatkan seseorang lebih baik undur dan
berinteraksi dengan yang pasti, yakni lingkungan dan etnisnya sendiri. Maka
peran asrama mahasiswa menjadi penting bagi segelintir mahasiswa sebagai
benteng budaya di negri orang.
Mungkin ini yang menjadi kegelisahan Sri Sultan
Hamengkubuwono X tentang peran asrama yang tidak lagi memposisikan dirinya
sebagai dari semangat kebinekaan. Asrama mahasiswa hanya lebih sebagai bagian
dari Agen Gap atau medium
kesenjangan komunikasi, yang
mengakibatkan penghindaran komunikasi lain dengan masyaraka lain. Hal inilah
yang seringkali menumbuhkan stereotype dimasyarakat terhadap etnis-etnis
ertentu.
Munculnya banyak paguyuban atau kelompok mahasiswa dareah
perlu diapresiasi secara fositif, sebagai bentuk perhatian mahasiswa terhadap
anah kelahiran sendiri, yang nantinya akan pulang kembali dengan membawa bekal
ilmu untuk membangun daerah. Namun paguyuban/kelompok mahasiswa daerah ini
perlu juga membawa bekal kesadaran akan sekap yang saling menghormati akan
keberagaman etnis. Jangan sampai erjadi sikap etnosintrisme atau primodialisme yang lebih yang akhirnay membentuk
gap budaya yang secara tidak langsung pula menutup ineraksi dan melahirkan akar
konflik.
Peran kelompok atau organisasi daerah memang dibutuhkan.
Dalam konteks positif, peran organisasi masyarakat daerah dapat menjadi modal
penggerak masyarakat. Yang salahsatunya sebagai pengawas berjalannya pemerintah
daerah. Peran organisasi mahasiswa daerah juga bisa dimanfaatkan sebagai
gerakan pemberdayaan masyarakat dalam berbagai hal, sebagai bentuk gerakan
idealis mahasiswa kepada masyarakat dimana mahasiswa tersebut berasal.
Dilain sisi organisasi daerah juga harus ampu bersifat
terbuka dengan masyarakat pribumi dan masyarakat lainnya. Saling menghormai
satu sama lain, dan mencoba membuka komunikasi yang baik. Hal ini akan
meminimalisir konflik di masyarakat.
Organisawi daerah akan menjadi rawan terhadap gap budaya jika
terlalu latah dengan menganggap bahwa organisasi mahasiswa daerah merupakan
pelegalan atas primodialisik. Maindset tentang oranisawi mahasiswa kedaerahan
yang primodialistik yang memang harus benar-benar dihilangkan.
Organisasi mahasiswa kedaerahan memang membutuhkan apa
yang disebu dengan identitas, seperti benuk basah, aksen atau semacamnya, yang
pada level tertentu memperlihatkan etnisnya. Identitas merujuk pada sebuah
komunitas, dimana seseorang akan tahu dimana anda dilihat dari aksen dan
dialeknya. Idenias merujuk pada sebuah kerahaman.
Bisa diambil kesimpulan bahwa organisasi mahasiswa daerah dirasa
masih sangat penting keberadaannya hingga saat ini jika peran organisasi
mahasiswa daerah menjadi pelopor akan inklusifitas budaya dalam ruang-ruang
dialog. Menjadi sebuah gerakan moral kebangsaan dengan semangat kebinekaan
untuk mengawal bangsa ini menjadi bangsa yang benar. Organisasi mahasiswa
daerah juga harus menjadi agen intelektual, yakni menghasilkan
intelektual-intelektual muda yang paham akan daerahnya dan pembangunan
daerahnya.
23 Mei 2013
UMY
0 komentar