Mahasiswa Pertanian dan Masa Depan Pertanian Indonesia

8:38 AM


Pertanian merupakan sektor kebutuhan dalam suatu negara tak terlepas pula dari negara kita Indonesia yang mempunyai potensi yang sangat besar dalam sektor pertanian. Bagaimana tidak Indonesia memiliki lebih kurang daratan seluas 188,20 juta ha, yang terdiri atas 144 juta ha lahan kering dan 44,20 juta ha lahan basah. Tetapi hal ini tidak menjadi sebuah jaminan atas berlangsungnya keberhasilan dalam kemajuan sektor pertanian. Hal ini dikarenakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi diantaranya jumlah penduduk yang semakin padat, kurangnya pemanfaatan secara maksimal lahan produktif, beragamnya kebutuhan manusia/penduduk yang mengharuskan mengeksploitasi beberapa kawasan Indonesia
yang dianggap masih produktif dan lain sebagainya.

Telah berbagai cara dilakukan oleh pemerintah dalam memajukan sektor pertaniannya. Mulai dari masa pemerintahan Suharto (orba) yang mencanangkan program ABRI MASUK DESA yang salah satu fungsinya untuk menjalankan programnya ketika itu yang mencanangkan swasembada pangan, mulai dari beras, jagung, kedelai dan lain-lain untuk menunjang kebutuhan pokok masyarakatnya, berdasarkan informasi yang didapat ketika orde baru Indonesia sempat mengalami kesuksesan dalam swasembata pangan yang dicanangkannya, Indonesia pernah menjadi salah satu negara yang sukses akan ketahanan pangannya. Pada masa orba Indonesia mencanangkan kebijakan dengan membentuk bulog dan memperkuat sistem dan kelembagaan departemen yang terkait dengan pertanian dan pangan. Anggaran yang dikeluarkan pun relatif besar dibandingkan dengan sektor lainnya. Sehingga pada tahun 1984 Indonesia mengalami masa gemilang dengan prestasi swasembada beras.

Tetapi dari setiap era kepemimpinan Indonesia lain pula kebijakan yang dikeluarkan khususnya dalam dunia pertanian yang disebabkan karena pengaruh dari bergesernya kebiasaan dan kecenderungan masyarakat dunia khusunya dalam pertanian yang berimbas kepada bergesernya kebiasaan (habbit) masyarakan Indonesia.

Mengutip dari media kabar (tribunnews.com, 2014) Misalnya saat ini di era pemerintahan Jokowi-Jk melakukan pemindahan haluan kebijakan menjadi kedaulatan pangan. Dengan demikian pada era pemerintahan Jokowi-Jk setidaknya ada lima strategi kedaulatan pangan. Diantaranya: 1). Pengembangan usaha tani berbasis agrobisnis dan agroindustri, 2). Peningkatan produktivitas dan kesejahteraan petani, 3). Revitalisasi dan penguatan kelembagaan petani, 4). Pengembangan teknologi tepat guna berbasis kearifan lokal melalui revitalisasi dan penguatan lembaga riset, 5). Pembangunan infrastruktur pertanian dan pedesaan.

Berdasarkan kebijakan-kebijakan tersebut tentunya akan memberikan imbas jangka panjang. Kebijakan tersebut tidak mungkin mampu rampung hanya dalam satu era kepemimpinan saja. Maka dengan hal itu perlu adanya penerus untuk keberlangsungan pertanian di masa mendatang.

Mahasiswa menjadi salah satu elemen terpenting sebagai bibit-bibit penerus masa depan bangsa, khususnya dalam konteks pertanian yang mengharuskan mahasiswa pertanian mempersiapkan diri mulai dari sekarang untuk meneruskan tampuk kepemimpinan Indonesia masa depan. Pertanian masa depan mungkin akan berbeda secara budaya, habbit, dan teknologi. Hal ini menjadi tuntutan mahasiswa pertanian untuk melakukan penyesuaian dan inovasi supaya relevan pada zamannya.

Jika hari ini mahasiswa pertanian belajar dengan menggunakan metode dan kurikulum lama, tentunya akan sangat ketinggalan jauh dengan zaman sekarang. Relevansi pengetahuan sangat perlu diperhatikan oleh setiap mahasiswa pertanian. Mahasiswa pertanian juga harus mampu mengimbangi kebijakan pemerintah yang sedang berjalan pada masanya. Tetapi mahasiswa juga harus memikirkan bagaimana pertanian Indonesia dimasa mendatang. Ketika saat ini banyak eksploitasi dan konversi lahan disetiap titik lahan produktif. Maka mahasiswa pertanian harus mampu mengkaji dan mengkritisi bagaimana keberlanjutan produktifitas komoditas pertanian dimasa mendatang. Keilmuan yang tinggi selayaknya menjadi senjata utama bagi para mahasiswa untuk memikirkannya.

Berdasarkan pengalaman pribadi mahasiswa pertanian lebih dominan diajarkan dikampus hanya dengan ilmu-ilmu positive tetapi tidak dibarengi dengan ilmu yang bersifat destruktif. Dalam konteks ini ilmu positive harus mampu menjadi bekal (Pengetahuan dasar) dan ilmu yang bersifat destruktif harus mampu menjadi senjata pisau analisis untuk mengkritisi dan mengkaji kebijakan-kebijakan pemerintah dalam konteks pertanian.

Pertanian mempunyai beberapa element yang saling berhubungan dalam keberlangsungan operasionalnya, seperti ketersediaan air, lahan/tanah, nutrisi/sumber unsur hara, ekosistem, iklim makro dan mikro, dan lain-lain, dari semua itu harus terpenuhi dan saling berhubungan satu sama lain. Jika saja salah satu dari element tersebut tidak terpenuhi maka keberlangsungan pertanian pun tidak akan berjalan sebagaimana mestinya. Sehingga seluruh element masyarakat harus bahu membahu untuk menjaga keseimbangan dan kelestarian semua element tersebut.

Saya sebagai alumni mahasiswa pertanian mempunyai pandangan bahwa peran mahasiswa pertanian hari ini belum begitu signifikan dalam menjaga dan memelihara element pertanian. Mahasiswa pertanian harus mampu berjejaring dengan lembaga-lembaga swasta atau pemerintah yang mempunyai posisi yang strategis dalam kemajuan pertanian Indonesia. Kemudian saat berlangsung perkuliahan cobalah untuk berfikir berbeda dengan dosen dan teman kelas, sehingga kita dapat melihat dari beberapa sudut pandang. Dalam konteks ini mahasiswa pertanian dianjurkan untuk mempelajari juga disiplin keilmuan yang lain sehingga mampu menganalisa sebuah masalah pertanian dari beberapa sudut pandang. Selain itu mahasiswa pertanian juga harus mampu bersinergi dengan masyarakat melihat permasalahan secara riil di akar rumput, sehingga akan terbiasa nantinya dalam menghadapi dan membela petani-petani akar rumput.

Terlihat utopis memang jika kita menilai semua tuntutan tersebut, tetapi selayaknya kita yang sedang menyandang ataupun pernah menjadi mahasiswa pertanian hendaknya mengusahakan dan mulai membuka diri untuk berfikir lebih luas lagi sejak dini, sehingga kita akan selalu terpacu dalam berfikir jangka panjang demi masa depan pertanian Indonesia.


You Might Also Like

0 komentar

yakubsaroni.blogspot.co.id

Copy Right 2020